TERIMAKASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG DAKU (DIARY MANTAN SANTRI BERKACAMATA YANG DIKIRA PANDAI)

WHERE THERE IS LOVE THERE IS LIFE. Kehidupan dan cinta adalah 2 hal yang saling melengkapi. Banyak dari kita yang belum bisa mencintai hidupnya. Akibatnya, hidupnya berlalu tanpa arti. Berjalan tapi tidak bergerak, berlari tapi tetap ditempat. Karena cintalah hidup ini menjadi berwarna, bergairah, dan berkesan. Hidup bukan perpindahan dari pagi ke siang kemudian malam dan kembali pagi lagi. Tidur dan tidur lagi. Makan dan buang air. Lebih dari itu. Hidup untuk disyukuri.


Dan karena cintalah kita mampu untuk mensyukuri hidup dan berkarya untuk hidup kita, yang akhir waktunya hanya Allah SWT Yang Tahu.  Semua memang butuh proses untuk mencintai. Dan karya ini adalah proses untuk mencintai hidup saya. Segala hal yang terlihat menyedihkan, ternyata menyimpan sejuta hal yang pantas untuk ditertawai. Tersimpan hikmah dalam setiap pergerakannya. Tergores sejarah dalam langkah. Mungkin tidak seindah bintang malam tapi setidaknya bulan kita sama. Seperti halnya hidup yang hanya sementara.

Ribuan detik yang saya habiskan dalam pesantren membuat cerita saya mungkin berbeda dengan banyak remaja lainnya. Saya mengenal pesantren jauh sebelum Facebook dilahirkan. Maybe. Dunia asing yang ternyata menyimpan banyak mutiara. Sejak SD lamanya saya merasakan kehidupan didalam pesantren. Mungkin sabagian orang akan mengkelompokkan saya sebagai penderita  MKKB (masa kecil kurang bahagia). But, everything must go on.

Kalo Raditya Dika bilang, “gelap itu gak ada, yang ada kekurangan cahaya”. Maka, masa lalu saya adalah perjuangan untuk mengumpulkan cahaya sebanyak-banyaknya, agar gelap  benar-benar tidak ada. Cahaya demi cahaya itu terkumpul dalam hati, otak dan setiap aliran darah saya. Walaupun pada akhirnnya saya harus keluar dari sebuah kampung damai (pesantren). Sarung yang menjadi simbol masa lalu mungkin akan berjamur pada waktunya tapi tidak untuk kisah yang melekat padanya. Dan yang dibalik sarung tidak akan pernah jamuran. Hahaha.

Dibalik sarung-sarung saya itu ada banyak manusia yang telah berjasa. Ustad Rozak yang dari kecil mengikuti dan membimbing masa kecil saya, sekaligus melahirkan trauma kecil dalam otak karena ketegasannya. Saya ucapkan banyak terimakasih dan permohonan maaf yang tak terhingga. Papa-mama yang menculik saya untuk masuk ke pesanteren, “I LOVE U FULL”. Sahabat-sahabat saya di Al-Muqoddasah Nglumpang Mlarak Ponorogo khususnya “Glamour Harfalis”, Teman-teman saya di MTA Al-Amien Prenduan, “Dextaraizer dan Grielzafisqa” : thanks for all experience and lessons from you all. I’m nothing without you all. KALIAN LUAR BIASA! *Maaf yang belum disebut*

1 komentar:

Anonim mengatakan...

gw belum disebut... -_-

Posting Komentar

Jangan lupa komen ye gan...

 
; !--Page Navigation Starts-->