Tentang "DAKU ADITYA"

Inilah penampakan wajah asli gue (2012)

Adityo Hernawan. Yup, itulah nama gue. Dengan menyandang nama asli Adityo Hernawan gue sedikit resah, karna jarang ada yang bisa nulis nama gue dengan benar. Contoh, “Aditya Hernawan” atau “Adityo Hermawan” atau yang lebih parah “Aditio Herawan”. MEREKA SIAPAA..!!! ITU BUKANN NAMA GUEE..!!!

Karna penasaran gue coba tanya ke bokap tentang arti dari nama Adityo Hernawan. Bokap cuma bilang kalo nama gue, Adityo yang biasanya kebanyakan orang menggunakan Aditya dan Hernawan yang kebanyakan orang menggunakan Hermawan, jadi intinya nama Adityo Hernawan itu biar beda dari yang lain. Gue berpikir ini mau ngasih nama orang apa nama warung sih.

Nama adalah doa, sekalipun gue gak tau apa arti dari nama gue. Nama merupakan harapan dan nama itu adalah pemberian kedua orang tua gue, tapi yang jelas gue bangga dan gue sangat menghargai nama pemberian orang tua gue dan menjaganya. Itu lebih baik.

Gue berasal dari kota Salatiga. Kota kelahiran Bambang Pamungkas, juga tempat gue dibesarkan dan dikembangbiakkan. Gue lahir di Magelang dan menetap di Salatiga, mungkin Magelang memang bukan habitat gue. Dan Magelang juga gak mau menerima manusia yang dilahirkan dengan cara membelah diri seperti gue.

Beibeh.. Mungkin banyak yang belum tau tentang asal muasal kota Salatiga.

Oke pemirsah.. Begini ceritanya.

Tercetusnya nama kota Salatiga adalah berawal dari sebuah keluarga yang mempunyai anak kecil seumuran Joshua waktu masih nyayiin lagu 'Diobok-obok'. Suatu ketika bapak dari sang anak menyuruh anak tersebut untuk beli salak tiga buah, duit udah dikasih dan pergilah sang anak ke pasar.

Sampe dipasar duit yang disuruh buat beli salak malah dibuat beli ketoprak, berbagai alasan dibuat pas ditanya bapaknya. “maaf pak, tadi ada yang malakin di pasar” atau “waduuh pak, tadi aku liat waria nangis-nangis gak pake bra..kasian..” Bapak gak mau menerima alasan dan akhirnya marah-marah sambil mengutuk anaknya.. “JANGAN BANYAK ALASAN..!! BAPAK KUTUK KAMU JADI KOTA..!!”

Daaann! jadilah kota Salaktiga Salatiga.

Sekian. Itulah asal nama Salatiga menurut versi gue sendiri.

Kehidupan gue sangat bergantung pada kacamata. Pergi kemana-mana harus pake kacamata. Yang paling gak enak kalo keluar dari mol, atau pas lagi makan mie rebus, pasti kacamata berembun. Berkacamata bagi gue juga ada manfaatnya, yaitu lo gak perlu sok pinter karna lo pasti udah dikira pinter.

Eniwey.. Gue juga pernah lupa pake kacamata. Jadi, pas gue lagi jalan-jalan  ketemu spesies manusia yang mirip temen gue. Akhirnya gue coba samperin dan gue tepuk pudaknya.

“eh bro..lama gak ketemu” *dia nengok*

*gue garuk-garuk perut* “batagor dua bang….”

“di sini gak jual batagor mas..” *dia melotoin gue*

“emmm….siomay deh mas..” *gue nyengir*

“saya jual es buah..!!” *kata dia sok ngeri*

“ya udah om..es buah campur batagor ye..” *gue gak ngerti apa yang gue omongin*

Orang yang gue kira temen gue itu ternyata penjual es buah. Sungguh sangat kampret..!!

Untuk nama “DAKU ADITYA” sebenernya adalah nama pena gue saat gue di Pesantren. Yup, gue juga pernah di Pesantren dan kebetulan gue adalah salah satu anggota tim Mading. Masing-masing anggota punya kewajiban untuk mempunyai nama pena. Dan gue memilih nama “DAKU ADITYA”, Daku berarti aku dan Aditya adalah nama gue tapi huruf belakang diganti huruf A.

Kenapa kok bukan Daku Adityo aja?

Yak, nice question..

Gue memilih Aditya karna gue punya sosok inspirator yang membuat gue semakin bersemangat untuk terjun kedalam dunia tulis menulis. Raditya Dika, juga Alit Susanto, masing-masing dari mereka punya keunikan karakter dalam menulis dan mereka punya kisah tersendiri tentang kesuksesannya. Kini saatnya gue mencari karakter itu dalam diri gue.

Dan gue akan tetap menggunakan nama “DAKU ADITYA”. Kecuali di batu nisan. DAKU ADITYA adalah Seorang Mantan Santri Berkacamata yang Dikira Pandai.